Minggu, 22 Desember 2013

SENYUM TERAKHIR



SENYUM TERAKHIR        
         Indahnya malam menyelimuti relung hati,  ketukan gerimis hujan menemani hati yang bimbang tidak karuan merenungi takdir ilahi. Ini awal dimana aku dan keluargaku memulai hidup baru, bisa dikatakan memulai hidup yang mana dulu tinggal disangkar burung beo lari ke sangkar kelelawar. Dulu aku dan keluargaku yang terdiri dari ayah, bunda, dan adik laki-lakiku.Dan aku sendiri bernama siska azkia putri yang bisa dibilang agak cantik. Kami hidup dengan bergelimang harta dan cukup dalam segala hal tanpa kekurangan. Keluarga kami bisa dikatakan keluarga kaya raya. Ayahku dulu menjabat sebagai direktur utama dan bundaku cukup sebagai ibu rumah tangga, sedangkan adiku masih duduk dikelas satu SMA terfavorit. Dulu aku ingin mencoba mendaftar di salah satu kampus terfavorit di luar negeri namun dengan keadaan yang terbalik aku harus menunggu sampai keadaan mampu untuk melakukanya. Dulu bulu emas sekarang bulu ayam atau istilah jawanya bisa dikatakan “dek biyen sugeh saiki mlarat “. Kehidupan kami sekarang berubah setelah perusahaan tempat ayah bekerja lebih memilih orang baru untuk dipekerjakan dan memecat ayahku tanpa alasan yang pasti. Salah satu rekan kerja ayah mengatakan bahwa factor dipecatnya ayah karena ada ancaman yang tersembunyi. Ayah tidak mengerti ancaman apa yang terjadi namun ayah berkata bahwa itu semua sudah takdir yang allah gariskan dalam keluarga kami. Kata-kata ayahku mnyejukkan relung hatiku yang mana hati yang sudah tidak karuan seperti srigala bertemu mangsanya sebab harus beradaptasi dengan gaya hidup yang berubah dan itu butuh waktu lama bahkan sulit untukku. Namun berbeda dengan adiku farel dia bahkan lebih bisa memahami keadaan keluarga kami yang sekarang. Entahlah mungkin perbedaan karakter aja, adikku laki-laki yang cukup pintar dalam sekolahnya dan memiliki hati nurani yang cukup luar biasa sopan santunya bisa dapat 100 bila dinilai sedangkan aku perempuan yang sudah berumur 18 tahun masih belum bisa mengerti apa mungkin karakterku yang cukup bawel tingkah laku yang mungkin membuat orang lain kurang nyaman lebih tepatnya ceroboh. Kami harus pindah rumah karena ayah harus membayar hutang yang cukup besar.  Dengan keadaan yang seperti ini aku bersama keluargaku meninggalkan rumah istana kami di Jakarta dengan hati penuh keterpaksaan, rasanya sulit mengangkat dan melangkahkan kaki kami untuk segera beranjak pergi menuju kampung halaman tepatnya di kota tuban. Kota ini peninggalan kakek yang sudah diwariskan kepada ayah dan bundaku.
Terbitnya matahari dari timur mengusik burung-burung untuk beraktivitas dengan hirupan angin dan embun yang menyelimuti jalan dimana saat itu kami berangkat dari kota Jakarta ke kota tuban dengan naik kereta, pengenya naik pesawat namun saku kami tidak berani keluar lebih tepatnya isi dompet kami tak cukup jika berangkat naik pesawat. Ayah dan bunda duduk berdampingan didepanku dan adiku farel yang cukup lelah sebab tadi malam tidak tidur karena beres-beres barang yang mau dibawa. Detik demi detik menit demi menit bahkan jam demi jam aku mulai lelah dan akhirnya aku memutuskan untuk beranjak ke kamar mandi, baru lima langkah kakiku beranjak ada seorang perempuan yang kira-kira umurnya tak jauh beda denganku dia sangat cantik memakai hijab, wajah yang begitu polos dan tampak geraknya yang lemah lembut keluar dari sudut pintu kamar mandi. Dia memusatkan mataku untuk tidak ada titik untuk berhenti memandangnya. Arahku dari barat dan dia dari timur kami berpapasan dan dia tersenyum seakan menyapaku, aku berfikir ya allah berbeda sekali denganku yang jutek wajah juga tidak terlalu jelek hidungpun juga agak pesek namun seakan-akan aku yang terbaik. Aku melanjutakan langkahku untuk menuju kamar mandi sambil masih terpesona dengan wajah cantik perempuan tadi. Waktu perjalananpun telah berakhir hingga pukul 12 malam kami tiba di kota tuban dimana kota yang akan menjadi pelindung hujan turun lebih tepatnya rumah kami. Kami langsung istirahat dan tidur dengan lelap karena kelelahan dalam perjalanan.
          Terdengar ayam berkokok membangunkanku untuk beranjak dari tempat tidur, aku meninggalkan tempat tidur dan sarapanpun sudah disiapkan oleh bunda. Farel yang sudah memakai seragam untuk berangkat ke sekolah barunya di kota tuban dan ayahpun sudah siap mengantarkanya. Ku coba keluar dari rumah yang agak sempit namun cukup rapi dan nyaman kulihat pemandangan yang cukup indah dan sejuk yang tadi malam tidak terlihat karena tertutup oleh gelapnya malam, namun dipagi hari kota tuban yang cukup asri dan indah untuk dipanadang. Setelah aku mandi dan memakai baju tidak lupa sarapan aku meminta izin kepada bunda untuk jalan-jalan memakai sepeda lama kakek dan bunda mengizinkan asal jangan jauh-jauh. Aku  kayuh sepeda dengan perasaan senang hilang semua perasaan gaya hidup yang aku berfikir sulit untuk menjalaninya, di tengah perjalanan tak asing bagiku melihat perempuan cantik berhijab duduk disebuah kursi dibawah pohon sambil membaca buku. Dan dia adalah perempuan yang membuatku terpesona dengan kelembutanya di sebuah kereta waktu perjalanan menuju ke kota tuban. Kucoba memberanikan diri menghampirinya karena hati ingin mengenalnya. Setelah aku menyapa dengan kata “hy…..” dia menjawab “wa’alaikumsalam”. Dalam hatiku berkata ya allah bodohnya aku orang islam tidak mengucapkan salam, kulanjutkan berbicara denganya dengan waktu yang cukup lama, setelah mendengar ceritanya cukup banyak dia bernama azizah aku tahu bahwa dia adalah anak di kota tuban ini dan kuliah di sebuah kampus di bojonegoro tepatnya di STIKES ICSADA. Aku tidak salah berfikir tentangnya orang yang sangat cantik sholehah dan berperilaku lemah lembut. Waktupun sudah mulai siang saatnya aku pulang takut membuat bunda cemas. Sampai di rumah aku mencoba berfikir apakah aku bisa menjadi perempuan seperti azizah, dan aku membuat kata-kata baru untuknya “muslimah sejati auranya dimana_mana bukan auratnya yang kemana_mana”. H....mungkin butuh waktu untuk seperti dia aku harus menata hati dan mentalku sebelum memutuskan untuk berjilbab.
          Pada malam hari aku dipanggil ayah dan bunda, ayah berkata kepadaku bahwa ayah memutuskan untuk menyuruh aku untuk kuliah disalah satu kampus yang dekat dengan rumah kami, namun aku masih bimbang dengan keputusan ayah karena dengan keadaan ekonomi yang mungkin tidak cukup untuk menyekolahkan aku dan farel biayayanya itu tidak
cukup murah dan pekerjaan ayah yang  sekarang adalah hanya sebagai pelayan hotel yang gajinya juga tidak cukup banyak. Ayah memaksaku karena prinsip ayah bahwa anak-anaknya harus duduk di bangku sekolah dan menjadi orang sukses. Akhirnya aku memutuskan untuk kuliah di bidang kesehatan karena terinspirasi dari cerita azizah untuk menjadi seorang perawat, dan pilihanku untuk kampusnya adalah di STIKES ICSADA bojonegoro karena disamping ingin menjadi seorang perawat dan juga ingin mengenal lebih jauh tentang azizah, azizah berkata bahwa STIKES ICSADA adalah kampus yang cukup baik karena mengajarkan sikap dan perilaku kita yang mampu membuat kita menjdai perawat yang mudah untuk berkomunikasi dengan sikap yang baik terhadap pasien. Setelah ayah mengurus semuanya akhiranya aku diterima di STIKES ICSADA dan satu kelas dengan azizah yang baru semester satu. Azizah menyapaku dan mengajakku untuk bergabung duduk dengan dia dengan karakter dia yang tidak berubah dengan sikap dan senyum yang membuat hati orang terpesona, bukan berarti aku suka sama cewek namun hanya sekedar kagum dan menjadi motivasi bagiku untuk mencoba lebih baik. Aku mencoba bertanya kepada salah satu teman satu kelasku tentang azizah namanya elly dia menceritakan banyak tentang azizah dia adalah anak yang pintar, baik, sholehah dan banyak laki-laki yang mencoba mendekatinya namun dia hanya tersenyum membalasnya dan mencoba untuk jaga jarak karena dia fokus pada kuliah untuk bercita-cita menjadi perwat yang bisa bekerja diluar negeri, namun bukan berarti dia tidak mau berteman dengan teman cowok. Ada satu cowok yang sangat mencintainya dan sebenarnya dia juga suka namun sampai sekarang anak-anak tidak mengerti kenapa azizah tidak mau menerimanya. Pada waktu istirahat aku dan azizah pergi ke kantin untuk makan siang, disela-sela kami makan aku bertanya kepada azizah “azizah.. mungkin enggak sih aku bisa seperti kamu yang pintar,sholehah baik banyak direbutin cowok-cowok pula” dengan santainya azizah menjawab “siska syukuri apa yang telah allah berikan kepadamu”. Aku terdiam sejenak dan bertanya lagi “syukur atas kelakuanku yang seperti ini yang amburadul dan belum bisa memakai jilbab”. Diapun menjawab “bukan maksudku seperti itu syukuri apa yang telah ada dalam hidupmu dan rubahlah apa yang menjadi hal burukmu” aku masih berfikir dengan kata-kata azizah yang cukup singkat namun memusingkan kepalaku hingga jam menunjukkan tanda pelajaran akan dimulai. Saat kami mulai beranjak untuk menuju kelas azizah merasakan sakit pada kepalanya dan aku merangkulnya hingga sampai ke kelas, waktu ibu dosen menerangkan aku melihat azizah yang masih kesakitan dan memegangi kepalanya namun dia berusaha memperhatikan apa yang disampaikan ibu dosen tak lama waktupun telah usai hingga akhirnya pulang. Akupun merangkul azizah dan memboncengkanya dan mengantarkan dia ke rumahnya, setelah sampai disana aku bertemu dengan ibu azizah yang bernama ibu yuni dan membantuku untuk mengantar azizah ke kamar. Sebelum pulang aku duduk sejenak dengan ibu azizah, tak ku sangka ibu azizah menceritakan apa yang telah terjadi kepada azizah ternyata azizah mengindap penyakit leukimia yang sudah lama dideritanya, aku bertanya kepada ibu azizah “ kenapa tidak dilakukan operasi atau terapi yang bisa menunjang kesembuhanya”. Ibu  yuni menjawab “ bahwa pernah dia mendapatkan biaya untuk kesembuhanya namun uang itu disumbangkan ke panti asuhan”. Dalam hati ingin berteriak ya allah berikan kesembuhan kepada azizah, orang yang begitu baik dan tidak peduli akan hidupnya namun lebih peduli keadaan orang lain. Akhiranya aku berpamitan untuk pulang kepada ibu yuni dan pesan salam kepada azizah.
        
             Pukul 8 malam aku tidak bisa tidur memikirkan azizah dan akhirnya aku meminta izin kepada bunda dan ayah untuk mengantarkanku ke rumah azizah, banyak pertanyaan yang ayah dan bunda lontarkan kepadaku “kenapa segitunya perasaanmu kata ayah” aku menceritakan semuanya kepada ayah dan bunda dan akhirnya mereka mengerti dan langsung mengantarkanku ke rumah azizah. Setelah sampai kerumah azizah, aku meminta izin kepada ibu yuni agar aku bisa menemani azizah dan menginap satu malam dengan senang hati  ibu yuni mengizinkanya. Aku dan azizah tidur bersama dan aku lontarkan pertanyaanku tentang penyakit yang dideritanya dan kenapa dia tidak mau untuk berobat kerumah sakit, dia menjawab “ siska hidupku mungkin sudah tidak lama dan mungkin akan sia-sia jika uang itu aku gunakan untuk berobat ataupun operasi lebih baik aku kasih yang lebih membutuhkan dan dengan masa depan yang lebih meyakinkan”. Aku mulai sedikit emosi karena dalam hati aku tidak mau kehilangan sahabat yang mungkin belum lama aku kenal namun sudah bisa meyakinkan hatiku bahwa dia adalah orang yang terbaik yang aku kenal setelah kedua orang tuaku dan yang dikirim allah untuk membimbing dan menjadikanku lebih baik.
          Hari demi hari aku lewati dengan azizah tak terasa badan azizah semakin kurus dan wajah Nampak pucat. Ku tatap azizah dengan senyumnya yang masih mempesona walau wajah yang Nampak pucat dan tubuh yang lemas. Canda tawa aku lewati bersamanya aku hanya berfikir ya allah memang benar apa kata ayah bahwa allah telah memberi garis takdir pada setiap individu. Mungkin allah telah menggariskan penyakit leukimia berada dalam tubuh azizah namun hatiku seakan-akan takkan pernah rela dan aku sempat berfikir andaikan penyakit itu dipindahkan dalam tubuhku akupun rela ya allah. Ku mencoba berkali kali berbicra dengan azizah dan membujuknya untuk mau berobat di rumah sakit namun berkali-kali pula dia menolaknya. Aku bertanya kepada azizah tentang laki-laki yang menyayanginya, azizah menceritakan alasanya bahwa dia juga sangat menyayanginya namanya bagas dia laki-laki yang sholeh dan termasuk kriteria azizah namun alasan azizah menolaknya karena penyakit azizah yang mungkin tidak bertahan lama dan dia tidak mau bagas hanya tersakiti karena mencintai perempuan yang mungkin tak bisa mencintai dengang waktu yang mungkin lebih lama, terlalu sempurna dia untuknya, dia merelakan bagas untuk memilih perempuan yang lebih baik dan bisa mencintai bagas lebih sempurna.

          Aku sempat bertemu dengan bagas dan berbicara dengannya tentang azizah. Bagas mengatakan bahwa tidak ada sekecil lubang hatinya yang bisa mengisi cintanya kecuali azizah dan tidak ada kata cinta terucap buat perempuan kecuali ibunya dan azizah. Aku menceritakan tentang penyakit yang diderita azizah dan bahwa azizah juga sangat mencintainya dan yang sebenarnya aku sudah berjanji pada azizah untuk tidak menceritakannya kepada bagas, setelah bagas mengetahui semuanya bagas kaget karena selama ini yang dia tahu bahwa azizah menolaknya karena dia tidak suka dengannya dan dia bisa memakulumi namun setelah mendengar apa yang kuceritakan betapa kagetnya bagas yang sangat mencintai azizah tidak mengetahui penyakit azizah. Bagas tidak peduli dengan apa yang dialami azizah sekarang ini yang dia tahu bahwa dia sangat mencintai azizah dan tidak mau kehilanganya, meskipun bagas sangat tergila_gila dan terpesona dengan azizah dia mencintainya krena allah sebab dia tahu azizah adalah gadis yang sholehah. Setelah kuceritakan semuanya kepada bagas hatiku rasanya sedikit lega dan berkurang rasanya beban fikiran.
          Pagi harinya aku dan azizah pergi ke perpustakaan umum yang ada di bojonegoro kebetulan kuliah lagi libur dan tak kita sangka ada segerombolan laki_laki yang mendekati kita dan menggoda kita, ku lihat wajah azizah yang sangat lembut dan tak ada rasa cemas ataupun takut sedangkan aku masih ada rasa tegang dan sedikit takut. Dengan senyum azizah yang sangat manis dan mempesona entah kenapa segerombolan laki_laki tadi pergi dengan sendirinya aku masih berfikir dan bertanya kepada azizah tentang kenapa dia tidak ada rasa takut dengan segerombolan laki_laki tadi diapun menjawab bahwa dia merasa nyaman dan ada ketenangan dengan dia memakai jilbab, lalu dia melontar sebuah pertanyaan kepadaku hingga aku mati kutu “kamu gak ada keinginian berhijab secepatnya sambil tersenyum” aku hanya bisa diam dan tersenyum. Setelah kami tiba di perpustakaan disana ada bagas dan kulihat wajah azizah yang sedikit salah tingkah namun tetap saja manis dan lemah lembut. Bagas mendekati azizah dan meminta penjelasan tentang perasaanya karena dia sudah mengetahui sebenarnya dariku, azizah mamandangku seakan bertanya kenapa aku membertihau bagas padahal aku sudah berjanji. Ku tinggalkan mereka berdua dan terjadi percakapan yang cukup lama aku seperti obat nyamuk yang hanya bisa berpangku tangan sambil tidur. Tak lama kemudian aku dibangunkan azizah untuk beranjak pulang dan mataku mencari sudut_sudut ruang namun bagas sudah pergi aku tak tahu apa yang terjadi antara mereka berdua. Setelah sampai dirumah azizah menceritakan tentang apa yang terjadi antara dia dan bagas bahwa dia menyerah untuk tidak bisa melupakan bagas dan azizah meminta bagas untuk sanggup menunggu dia jika memang dia mencintainya karena allah, azizah tidak mau dengan adanya pacaran karena dia mau dengan pacaran itu adalah ta’aruf bukan dengan pacaran dan bagas sanggup karena cintanya yang begitu dalam kepada azizah. Aku sangat bahagia akhirnya dua hati yang saling mencintai telah bersatu, aku merenung sejenak dan berdoa “ya allah mantapkanlah hati hamba untuk segera memakai hijab” entah sadar atau tidak aku berdoa atau aku terbawa cerita azizah yang begitu menyentuh dan menusuk jiwaku untuk berniat memakai hijab yah.................semoga saja allah member hidayah kepadaku. Semakin kuat persahabatanku dan azizah seakan-akan semua hari aku lewati bersamanya, tak ada yang mampu berdiri untuk membelah persahabtanku denganya.
          Jam terus berputar hingga pukul 4 aku terbangun untuk sholat subuh setelah itu aku melihat tumpukan hijab dalam lemari yang hanya sebagai isi lemariku saat ini. Ku mencoba mengambil satu hijab dan ku pandangi, seakan_akan hatiku ingin meletakkan dikepalaku namun kenapa ku masih ragu hingga pukul 7 hijab itu masih ada di tanganku dan akhirnya ku mantapkan hati dan jiwaku ku angkat kedua tanganku dengan ku pegang erat hijab itu dan ku letakkan dikepalaku. Terdengar suara bunda yang memangilku terus menerus untuk berangkat kuliah ku buka pintu kamarku dan kulangkahkan kakiku untuk keluar kamar, ditempat makan terlihat ayah, bunda dan adikku farel memandangku dengan mata yang tidak berkedip seakan_akan melihat penampakan. Subhanallah kakak cantik dan anggun sekali terucap kalimat dari adikku farel. Ayah dan bundapun terpesona denganku dan melontarkan pertanyaan bahwa apakah aku sudah siap dan mantap dengan memakai hijab bukanlah hanya sekedar ingin terlihat anggun” akupun menjawab bahwa memang belum sepenuhnya aku mengenal begitu dalam tentang agama namun akan ku coba dengan berjalan mencari kebaikan dan memperbaiki akhlakku dengan selalu belajar. Ada rasa ketenangan dari jati diriku benar apa kata azizah, hatiku bahagia melihat bunda dan ayah yang wajanhya ikut senang dengan hijab yang telah menempel di kepalaku. Setelah samai di kampus semua teman kelasku memandangku dengan penuh pertanyaan yang ingin diucapkan dan azizah terlihat tersenyum manis dari sudut kejauhan hatiku semakin bahagia ternyata aku tidak salah dengan memutuskan untuk berhijab rasanya tenang hati dan jiwaku. Aku langsung menuju dimana azizah duduk dan berkata kepadanya bahwa apa yang telah terjadi kepadanya itu semua berkat dirinya, dia mengutarakan bahwa itu semua sudah digariskan allah dan itu juga berkat kesungguhan hatimu dan kemantapan jiwamu untuk memakai hijab. Tak lama kemudian azizah tergeletak lunglai setelah berbicara kepadaku dan aku menjerit dan berteriak seperti kesurupan melihat sahabatku tergeletak dan akhirnya dibawa kerumah sakit dan selama perjalanan ku rangkul dia dan bercucuran air mataku seakan-akan aku tidak ikhlas dan ingin merubah takdir bahwa jangan ambil nyawa azizah sekarang aku masih butuh dia untuk membimbingku dan sebagai sahabt sejatiku. Sampai dirumah sakit dan dibelakang kami ada ibu zizah dan kedua orang tuaku tak lama kemudian bagas menyusul. Waktupun terus berputar dan akhirnya kami boleh masuk ruangan azizah diperiksa aku meminta untuk masuk lebih dulu aku hanya bisa menangis pilu melihat rebahan tubuh azizah, aziah terbangun dan aku langsung mendekatinya dia berkata “siska aku seneng banget bisa mengenalmu kamu itu sahabat yang mungkin bisa member semangat dalam kehidupanku dulu sebelum aku mengealmu dan belum bertemu dnganmu rasnya hidup tiada artinya lagi mungkin terlihat aku adalah gadis yang sholehah baik dan kuat namun itu semua hanyalah pandangan saja, tapi kamu siska kamu adlah seseorang yang luar biasa”. Aku hanya diam dan tak kuat rasanya dengan nafas yang tersendal_sendal datanglah ibu azizah dan bagas, ku lihat wajah bagas yang terlihat sudah tak seperti wajah aslinya muka yang sudah terbasahi oleh air mata.
         Sudah 5 hari aziah dirawat di rumah sakit dan pada saat hari itu hari minggu hari libur kuliah aku menemaninya hingga pukul 1 malam aku tertidur disana dan ku dengar azizah membangunkanku dengan suaranya yang halus  untuk sholat tahajud dan aku diminta untuk menjadi imam. Waktu sudah pukul 6 pagi dan aku harus pulang untuk berangkat kuliah pada saat itu azizah berpesan kepadaku bahwa bersungguh-sungguhlah engkau nanti menjadi seorang perawat berkatalah yang jujur, dan bijaksana terus ingat aku jika engkau ingin peertama saat kita bertemu bahwa ada sentuhan hati jika memamg engkau sungguh-sungguh untuk menggapainya”.aku berfikir kata-kata azizah seperti akan meninggalkanya namun aku hanya berfikir bahwa itu adlah karakter dari azizah yang memang dia selalu mengingatkanku. Saat aku membuka pintu untuk keluar meninggalkan azizah, azizah memanggilku dengan suara lembutnya dan aku berbalik memandangnya dan dia tersenyum dengan manis dan lembut dan aku membalas senyumnya.
          Saat pukul 2 siang waktu pulang kuliah telah tiba ku beranjak keluar kampus dan langsung ingin kerumah sakit untuk menemani azizah di tengah perjalan ku lihat ada penjual bunga mawar kesukaan azizah dan ku membeli satu tangkai untuk ku bawa kerumah sakit dan kuberikan kepada azizah. Setelah tiba dirumah sakit ku parkir motorku dengan gembira karena ku bawa setangkai mawar untuk azizah. Kakiku melangkah dengan pasti dan kulihat dari kejahuan terlihat ibu yuni menangis tersedu-sedu dan ku berlari tak ingin ku berfikir terjadi apa-apa dengan azizah namun apa yang terjadi ku masuk ruang azizah diperiksa namun apa yang terjadi tubuh azizah sudah tertutup dengan kain dan bunga mawarku jatuh ke lantai seakan aku kehilangan separuh nyawaku. Aku baru berfikir bahwa kata-kata dia kemarin adalah sebagai pesan untukku sebelum dia meninggalkanku dan bunga ini sebagai tanda bahwa azizah akan meninggalkanku ku teringat senyumnya yang manis saat aku meninggalkanya itu takkan kulupkakan selama hidupku, engkau sebagai malaikat dalam hidupku yang bisa membuka mata hatiku untuk memdekatkan diri kepada yang maha esa. Selamat jalan azizah senyummu kan ku taruh dalam jiwaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar